Tahukah kamu, bahwa pengangguran masih menjadi isu serius di tanah air?
Faktanya, jutaan orang di Indonesia, terutama generasi muda, masih kesulitan menemukan pekerjaan yang layak. Hingga Februari 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat 7,2 juta pengangguran di Indonesia, yang sebagian besar berasal dari generasi Z, yaitu usia 15 hingga 29 tahun. Meskipun ada sedikit penurunan, angka ini masih relatif tinggi dan membuat Indonesia menduduki peringkat teratas pengangguran di Asia Tenggara menurut Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF).
Selain itu, angka kemiskinan terus meningkat yang menunjukkan tantangan besar dalam dunia pekerjaan. Sekitar 70% dari generasi muda tersebut, atau satu dari enam orang masih berstatus menganggur. Dengan lapangan pekerjaan terbatas dan persaingan ketat, masalah ini masih jauh dari kata selesai.
Data PHK menurut Kemnaker
Data dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menunjukkan bahwa Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi masalah serius di Indonesia. Karena tidak hanya berdampak pada pekerja dan keluarganya, tetapi juga mencerminkan tantangan besar bagi setiap sektor industri.
Di awal Oktober 2024, jumlah PHK mencapai 52.993 kasus, dengan sektor manufaktur menyumbang angka tertinggi, yaitu 24.013 tenaga kerja. Sektor jasa juga terpengaruh dengan 12.853 tenaga kerja yang terkena PHK, sedangkan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mencatat 3.997 tenaga kerja. Provinsi dengan angka PHK tertinggi adalah Jawa Tengah (14.767 kasus), diikuti Banten (9.114 kasus) dan DKI Jakarta (7.469 kasus). Ini menunjukkan bahwa gelombang PHK semakin meluas dan menjadi tantangan besar bagi tenaga kerja di berbagai daerah dan sektor.
PHK yang terjadi dapat mempengaruhi inflasi secara tidak langsung, termasuk dalam konteks inflasi yang rendah di Indonesia pada Oktober 2024.
Ada apa dengan Inflasi?
Ketika banyak orang di-PHK, pendapatan menurun sehingga daya beli masyarakat juga berkurang. Akibatnya, permintaan barang dan jasa menurun. Pada Oktober 2024, inflasi di Indonesia stabil di tingkat yang rendah. Pada September 2024, inflasi tahunan tercatat 1,84%, turun dari 2,12% di Agustus 2024. Sehingga PHK dapat memengaruhi inflasi, yang pada akhirnya berdampak pada harga barang dan jasa di pasar. Yuk, kita bahas lebih lanjut bagaimana PHK bisa memengaruhi harga barang dan jasa di pasar!
1. Penurunan daya beli
Ketika banyak orang kehilangan pekerjaan, pendapatan mereka berkurang, sehingga daya beli mereka menurun. Ini menyebabkan penurunan permintaan terhadap barang dan jasa, yang dapat menekan harga dan menurunkan inflasi.
2. Gangguan pada pasokan
Jika PHK terjadi di sektor-sektor penting seperti manufaktur, transportasi, atau pertanian, produksi barang bisa terganggu. Ketika pasokan berkurang sementara permintaan tetap stabil atau sedikit menurun, sehingga harga barang bisa naik, dan terjadilah inflasi.
3. Kebijakan ekonomi
Dalam kondisi krisis, pemerintah atau bank sentral sering kali menerapkan kebijakan stimulus, seperti peningkatan uang yang beredar, untuk mendukung ekonomi. Namun, jika jumlah uang yang beredar bertambah tanpa disertai peningkatan produksi barang, harga-harga bisa naik dan menyebabkan inflasi.
Namun, berbeda dengan Deflasi, bahwa gelombang PHK juga bisa memengaruhi deflasi. Badan Pusat Statistik mencatat bahwa Indonesia mengalami deflasi 0,12% setiap bulan dan sudah lima bulan berturut-turut di 2024. Ini berarti harga barang dan jasa menurun, meskipun PHK tidak selalu langsung menyebabkan deflasi, ada beberapa faktor ekonomi yang berperan:
1. Penurunan daya beli dan permintaan
Ketika banyak pekerja kehilangan pekerjaan, pendapatan masyarakat menurun. Ini membuat daya beli juga turun, karena orang yang di-PHK cenderung mengurangi pengeluaran, terutama untuk barang dan jasa yang tidak penting. Jika permintaan turun drastis, maka harga barang dan jasa bisa ikut menurun.
2. Pergeseran prioritas konsumsi
Setelah di-PHK, konsumen lebih fokus pada kebutuhan pokok dan cenderung menghindari barang-barang mewah. Hal ini mengurangi permintaan di berbagai sektor, seperti manufaktur dan jasa. Ketika produsen melihat permintaan menurun, mereka akan terpaksa menurunkan harga supaya konsumen mau membelinya. sehingga, kondisi kerja yang sulit dapat membuat harga barang turun.
3. Penurunan aktivitas ekonomi
Ketika sektor utama seperti manufaktur, jasa, dan pertanian mengalami banyak PHK, aktivitas ekonomi bisa melambat. Perlambatan ini dapat menyebabkan kelebihan pasokan barang dan jasa, yang membuat harga turun lebih jauh dan bisa menyebabkan deflasi. Sehingga, jika sektor-sektor ini tidak stabil, dampaknya dapat dirasakan oleh seluruh ekonomi.
4. Penurunan upah dan investasi
Gelombang PHK yang meluas juga dapat membuat upah pekerja yang masih bekerja turun atau stagnan. Ketidakpastian ekonomi ini mendorong pengusaha untuk mengurangi biaya yang dapat menghambat kenaikan gaji. Selain itu, perusahaan mungkin menunda investasi yang memperburuk perlambatan ekonomi. Ini dapat membuat harga barang dan jasa turun lebih jauh.
Baik inflasi maupun deflasi bisa berdampak negatif jika tidak terkontrol.
Inflasi, yaitu kenaikan harga yang dapat mendorong pertumbuhan jika tetap moderat. Namun, inflasi yang terlalu tinggi bisa mengurangi daya beli dan meningkatkan biaya hidup, sehingga menciptakan ketidakstabilan. Sehingga, ekonomi yang sehat butuh keseimbangan dengan inflasi yang terjaga.
Di sisi lain Deflasi, yang berarti penurunan harga, dapat meningkatkan daya beli, tetapi juga menurunkan permintaan dan produksi, sehingga berisiko menyebabkan PHK dan penurunan upah. Jika dibiarkan terlalu lama, deflasi dapat membuat ekonomi stagnan karena orang-orang akan menunda dirinya untuk belanja.
Jadi, solusinya bagaimana?
Pengangguran berdampak besar, baik secara individu maupun ekonomi. Bagi individu, kehilangan pekerjaan bisa berarti hilangnya pendapatan, rasa kurang percaya diri, dan sulit menemukan kesempatan baru. Secara ekonomi, pengangguran mengurangi produktivitas, menambah beban negara lewat bantuan sosial, dan memperlambat pertumbuhan.
Sehingga pengangguran bukanlah solusi atau pilihan yang baik, melainkan situasi yang tidak pasti. Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk meningkatkan keterampilan, terutama dengan sertifikasi, agar dapat bersaing di pasar kerja. Karena dengan memiliki sertifikasi, sobat dapat menunjukkan keahlian dan kesiapan di dunia kerja.
Dengan menguasai keterampilan yang dibutuhkan, sobat akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang stabil. Selain itu, terus belajar dan memperbarui kemampuan sesuai perkembangan industri yang akan membuat kamu tetap relevan dan kompetitif di dunia kerja. Jadi, lebih baik fokus pada pengembangan diri untuk membuka lebih banyak peluang, ya!